JEMBATAN JETI BELO LAUT DI AMBANG ROBOH! Tambang Rajuk user Ilegal ber Aktifitas tidak jauh dari jembatan dan merusak hutan bakau - PENA BHAYANGKARA

Minggu, 05 Oktober 2025

JEMBATAN JETI BELO LAUT DI AMBANG ROBOH! Tambang Rajuk user Ilegal ber Aktifitas tidak jauh dari jembatan dan merusak hutan bakau



BANGKA BARAT — Deru mesin rajuk ilegal di pesisir Belo Laut kini berubah jadi suara maut bagi warga pesisir. Jembatan jeti yang selama ini menjadi urat nadi ekonomi nelayan kini berdiri di atas kehancuran — fondasinya nyaris hanyut digerus tambang rajuk user liar.

Pantauan di lapangan, tanah di sekitar tiang pancang jembatan hilang terkikis, hanya menyisakan lubang-lubang besar berisi air keruh. Beton bawah jembatan mulai menggantung, sebagian kayu penopang lapuk dan retak. Jika terus dibiarkan, satu ombak besar saja bisa membuat jembatan itu ambruk ke laut.

“Setiap kali air pasang, kami deg-degan. Tiangnya sudah goyang, kalau jatuh bisa bawa perahu yang sedang sandar. Ini jembatan bukan cuma tempat tambat, tapi nyawa kami sebagai nelayan,” ujar Rizal, warga setempat dengan nada gemetar.

Jembatan jeti ini dibangun dengan susah payah bertahun-tahun lalu. Ia menjadi satu-satunya akses keluar-masuk hasil tangkapan laut dan jalur ekonomi utama nelayan Belo Laut. Namun dalam hitungan bulan, mesin-mesin rajuk ilegal melumat habis pelindung pantai dan menggerus pondasi jembatan hingga ke akar.

Warga menyebut, aktivitas tambang berlangsung tak lebih dari 50 meter dari kaki jembatan. Lumpur hasil sedotan menumpuk, air berubah kecoklatan, dan tanah di sekitar struktur penopang ikut longsor. Kini, beberapa tiang pancang bahkan sudah tak lagi menapak dasar laut.
“Dulu waktu surut, anak-anak biasa main di bawah jembatan. Sekarang sudah dalam, arusnya kuat, dan dasar lautnya bolong-bolong. Kalau ada perahu besar lewat, airnya bisa menghantam jembatan,” ucap Mardi, nelayan lainnya.

Kerusakan parah ini bukan hanya mengancam ekonomi, tapi juga keselamatan. Jika jembatan jeti ambruk, puluhan nelayan terancam kehilangan mata pencaharian, dan akses logistik desa ikut lumpuh total.

Selain itu, abrasi semakin menggila. Hilangnya mangrove di sekitar jembatan mempercepat gerusan air laut. Beberapa rumah warga yang berjarak hanya puluhan meter dari jeti kini mulai retak dan ambles perlahan.

Warga telah berulang kali melapor dan memohon agar pemerintah turun tangan. Namun hingga kini, aktivitas rajuk ilegal masih terus beroperasi di siang bolong. Warga menilai, lambatnya penindakan adalah bentuk pembiaran yang membahayakan.

“Kalau jembatan ini roboh, itu bukan bencana alam, tapi bencana karena keserakahan manusia,” kata seorang tokoh nelayan dengan nada tajam.

Kini, jembatan jeti Belo Laut berdiri dalam ketegangan — antara waktu dan kehancuran. Tiap dentum mesin rajuk yang terdengar dari kejauhan seolah menjadi hitungan mundur menuju runtuhnya satu-satunya harapan nelayan Belo Laut.
Comments


EmoticonEmoticon

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done